Friday, August 30, 2013

4

Seri Novel "The Mortal Instruments" oleh Cassandra Clare = Hasil Plagiarisme/Plagiat?

Aku memang baru-baru ini aja mengenal nama Cassandra Clare, atau yang sebenarnya adalah Cla(i)re. Namun, ternyata bukan rahasia lagi kalo nama Cassie Cla(i)re adalah nama yang cukup terkenal di kalangan Potterheads−sebutan untuk para penggemar atau fans setia novel seri Harry Potter. Ternyata juga bukan rahasia lagi bahwa Cassandra atau Cassie mengganti nama belakangnya menjadi ‘Clare’ karena ia takut situs-situs forum-forum yang membongkar soal kasus plagiarisme nya akan muncul di hasil pencarian namanya di internet.

Ya, plagiarisme. Plagiat. Jiplakan. Ngejiplak..... you name it. Sebelum sampai di kasus plagiarisme, mari bahas tentang Cassie terlebih dahulu. Dulu, Cassie Claire (sekarang diganti menjadi Clare) termasuk salah satu penulis cerita yang terkenal di situs fanfiction. Apa itu fanfiction?

Fanfiction adalah situs tempat di mana kita bisa mem-posting cerita-cerita yang kita tulis berdasarkan entah dari novel, TV Series, atau film. Contohnya, di seri novel Harry Potter, Harry dan Hermione Granger akhirnya kan nggak jadian *nangis* Trus, aku menulis cerita di mana Harry dan Hermione saling jatuh cinta dan akhirnya jadian. Setelah itu, aku mem-posting cerita yang aku karang di situs fanfiction. Cerita yang aku tulis ini, yang bisa dikategorikan kedalam beberapa macam genre (romance, adventure, sci-fi, humor, dll), bisa singkat atau panjang banget hingga bisa dibagi menjadi beberapa chapter. Orang-orang yang membaca cerita tulisanku itu bisa memberikan review singkat dalam bentuk komentar dan juga mem-favoritkannya.

Cassie terkenal di kalangan Potterheads dengan beberapa cerita yang ia tulis, seperti Draco Trilogy,  Mortal Instruments, The Very Secret Diaries, dll. Namun, Cassie akhirnya bisa dibilang didepak dari komunitas fanfiction ini. Kenapa? Karena Cassie melanggar salah satu (kayaknya sih ada banyak aturannya) aturan yang harus diikuti para penulis fanfiction. Kalo misalnya ada yang salah atau kurang dari hasil pengamatanku ini, tolong beri tahu ya :) Apa aturan yang dilanggar? Disclaimer.

Disclaimer adalah semacam pemberitahuan bahwa: cerita (yang biasa disebut sebagai fanfic) yang di-posting berasal/terinspirasi dari, misalnya, Harry Potter; ada kutipan-kutipan atau adegan-adegan yang diambil/terinspirasi misalnya dari Percy Jackson; ada istilah atau catchphrase yang diambil misalnya dari  Vampire Diaries; dan masih banyak lagi. Biasanya, posisi disclaimer ini diletakkan penulis-penulis fanfiction di bagian awal sebelum masuk ke cerita.

Cassie melanggarnya dengan tidak menaruh disclaimer di (mungkin semua) fanfic/cerita-cerita tulisannya. Yang kudapat dari beberapa penjelasan beberapa orang (yang bisa dicari di Google; karena ada banyak), Cassie ‘mengambil’ atau meng-copy-paste bukan hanya satu kalimat atau paragraf, tapi bisa sampai satu atau dua halaman penuh. Dari mana saja yang Cassie ‘ambil’? Banyak, tapi yang paling ku ingat adalah tulisan nya Pamela Dean, Buffy the Vampire Slayer, dan Star Wars. Dari Buffy, Pamela, dan masih banyak lagi, Cassie mengambil plot/ide, dialog-dialog yang kocak, keren, mengharukan...you name it. Dari Star Wars, Cassie mengambil bagian Luke-Leia-saling-jatuh-cinta-tapi-ternyata-mereka-kakak-adik. Kenapa pelanggaran ini bisa dibilang nggak adil, curang, berbahaya, atau bahkan jahat? Karena nggak semua orang yang membaca cerita tulisan Cassie tau tentang Buffy, Star Wars, dan sumber-sumber lain yang di-copas Cassie. Orang-orang itu bisa aja mikir,”Ya ampun... Cassie hebat banget ya, tulisannya bagus! Kocak, keren, mengejutkan...”. Padahal, kutipan, adegan, istilah, atau catchphrase itu bukan Cassie yang membuat/mengarang, tapi Pamela Dean, Joss Whedon (Buffy), George Lucas (Star Wars), dll. Mungkin malah di bagian review/komentar ada yang sampai menyarankan Cassie untuk menulis novel, yang mungkin membuat Cassie melayang-layang dan tergiur. Karena pelanggaran Cassie inilah akhirnya ia didepak atau di-banned dari komunitas fanfiction.

Cassie pun menulis seri novel The Mortal Instruments..... yang bisa dibilang diambil dari fanfic/cerita-cerita yang ia tulis dulu, yaitu Draco Trilogy dan Mortal Instruments. Kayaknya sih cuma dari dua fanfic ini. Draco Trilogy terdiri dari tiga bagian, yang masing-masing mungkin bisa dibilang novel (mungkin karena banyak chapter nya), yaitu Draco Dormiens, Draco Sinister, dan Draco Veritas. Karakter utama di Draco Trilogy ini adalah Harry dan Hermione. Kok judulnya ada nama ‘Draco’? ...um...nggak tau haha aku juga belum pernah baca fanfic-fanfic tulisannya Cassie ._. Sementara Mortal Instruments adalah fanfic dimana pasangan romantis yang ada adalah... Ron Weasley dan Ginny Weasley. Yep, inses. Dari yang aku pahami, ide Cassie untuk fanfic inses antara Ron/Ginny ini berasal dari, yang sudah kusebutkan, Luke-Leia "Star Wars".

Sebagian besar karakteristik para karakter di novel seri The Mortal Instruments tulisan Cassie diambil dari bagaimana Cassie mendeskripsikan Harry, Hermione, Malfoy, Ron, Ginny, dll di fanfic-fanfic yang kusebutkan tadi. Memang, mungkin ada karakteristik-karakteristik yang ditambahkan Cassie ke karakter-karakter Harry Potter di fanfic nya, tapi tetap saja sebagian besar dari Rowling. Misalnya? Draco yang rambutnya pirang, orangnya arogan, dll. Dari karakteristik asli dan sedikit tambahan dari Cassie, jadilah kira-kira seperti ini: Jace = Malfoy; Simon = Harry/Ron; Clary = diri Cassie sendiri/Ginny/Hermione; Isabelle = Cassie sendiri; Luke = Remus Lupin; Valentine = Lord Voldemort; Hodge = Dumbledore; dll. Untuk beberapa istilah dan tempat: The Institute = Hogwarts; mundane = muggle; The Circle = Death Eaters; dll. Sementara sedikit dari fanfic Mortal Instruments, Cassie mengambil bagian inses nya untuk karakter Jace/Clary, yang saling jatuh cinta tapi ternyata mereka kakak-adik tapi kemudian ternyata nggak dan mereka hidup bahagia selamanya *puyeng, muntah* Menurut yang sudah membaca novel pertama dari seri The Mortal Instruments, City of Bones, ada yang suka dengan plot twist ini, ada yang nggak karena ternyata gampang ketebak.

Menurut sebagian besar Potterheads (dan aku tentunya) ini nggak adil. Kenapa? Karena ini berarti Cassie nggak perlu susah-susah lagi. Yang Cassie lakukan cuma mengarang plot baru (yang sebenernya premis nya keren); mengubah, menambah, mengurangi ini-itu dari fanfic-fanfic Harry Potter nya; menambah karakter-karakter baru..... dan voila. Jadilah novel seri The Mortal Instruments: City of BonesCity of Ashes, City of Glass, City of Fallen Angels, City of Lost Souls (yang kukira novel terakhir, ternyata udah ada yang baru lagi -_-), dan City of Heavenly Fire. Ngomong-ngomong, nggak sedikit juga fans Cassie yang berpendapat kalo harusnya seri The Mortal Instruments sudah berakhir di City of Glass. Kenapa? Karena dimulai dari City of Fallen Angels, plot nya ternyata makin ngaco dan nggak jelas. Trus ngapain dong Cassie ngelanjutin? Um.....



Ha.

(Ngomong-ngomong, penasaran juga kenapa Cassie mengambil nama untuk seri novel nya ini diambil dari fanfic inses Ron/Ginny nya :P)

Namun, ternyata yang membuat novel seri The Mortal Instruments ini mendapat review-review/komentar-komentar jelek ini bukan cuma karena masalah plagiarisme, tapi kualitas plot dan karakter-karakter nya juga. Pertama, Cassie tuh kayaknya bakalan menikah sama yang namanya majas simile kalo simile adalah manusia. Mungkin kalo masih masuk akal, nggak berlebihan jumlahnya, dan benar penggunaannya, masih wajar karena itu artinya Cassie memang ahli dalam majas simile. Tapi ini beda. Contohnya? Dari review yang satu ini, sedikit dari BANYAK majas simile yang ada dan ga masuk akal adalah:

“Moonlight ran like silver water...”
“...stinging and aching, like raw meat.”
“Leaving the Institute was like climbing into a wet, hot canvas bag.”

Ga masuk akal. Belum lagi ternyata ini cuma sebagian kecil (banget, banget). Kedengerannya memang melebih-lebihkan, tapi katanya sih ada ratusan, ribuan per novel..... >_>

Kedua, karakter Clary Fray dan Jace yang masuk kategori Mary Sue dan Gary Stu. Apa itu Mary Sue (untuk cewek) dan Gary Stu (untuk cowok)? Basically, itu dua istilah untuk karakter fiksi yang sempurna, tanpa ada kekurangan. Seringnya, Mary Sue dan Gary Stu ini bilang kalo mereka tuh ngerasa jelek, bodoh, ceroboh, dan kata-kata sifat lainnya yang makna nya jelek, tapi orang-orang disekitar mereka bilang sebaliknya. Namun, si Mary Sue dan Gary Stu ini selalu membantah,"Ah siapa bilang? Aku tuh jelek, bodoh, nggak ada yang suka..." dan karakter disekitarnya bilang,"Kamu tuh ganteng, pinter, popul—" dan si Mary Sue atau Gary Stu bilang,"NGGAK, AKU JELEK!". Atau, khusus kepada orang yang ditaksir si Mary Sue atau Gary Stu, dia bakal bilang,"AKU GA PANTES KALO DIBANDINGKAN DENGAN KAMU! AKU GA PANTES MENDAPATKAN KAMU!". Lalu si karakter yang ditaksir oleh Mary Sue/Gary Stu bakal bilang,"Kamu salah. Kamu tuh cantik/ganteng, sempurna, baik, dll..." atau basically bakal memperlakukan di Mary Sue/Gary Stu dengan baik seperti terhadap ratu or something. Ini bisa berlangsung dari awal hingga akhir novel, atau malah sepanjang novel seri nya berlanjut. Atau, dalam kasus tertentu, biasanya: 1.) Karakter Mary Sue/Gary Stu memperlakukan orang yang disukainya dengan "nggak baik" tapi ternyata dia sebenernya peduli dan cinta (surprise, surprise) dan 2.) Dua tokoh utamanya Mary Sue/Gary Stu, salah satu dari dua orang ini memperlakukan yang lain dengan "nggak baik", tapi sebenernya dia sebenernya peduli dan cinta.

Terkadang sih begitu, semua orang suka sama si karakter Mary Sue dan Gary Stu ini, tapi ya... gitu. Terus, biasanya, cuma satu karakter yang benci/ga suka sama si Mary Sue atau Gary Stu ini karena... ya pokoknya benci aja. Jadi si karakter yang benci si Mary Sue atau Gary Stu ini bakal dideskripsikan oleh si penulis dengan karakteristik yang jelek-jelek, supaya pembaca juga ikutan ga suka sama dia. Basically, si karakter yang nggak suka sama si Mary Sue/Gary Stu ini is a b*tch atau a jerk, biasanya nggak ada character development pula. >_>

Ketiga, konflik di novel seri ini tuh khas nya fanfiction banget. Aku dapet satu kutipan (aku lupa sumber situs nya apa >_<) yang intinya menggambarkan konflik/masalah di novel seri yang biasa disingkat TMI ini: stuff happens, but don't ask why. Artinya kira-kira: ada banyak banget hal, yang rumit maupun nggak, yang terjadi di seri novel TMI ini, tapi jangan tanya kenapa sebabnya. Kenapa fanfiction banget? Karena konflik-konflik yang ada di fanfic tuh kayak gitu, pokoknya ya terjadi. Sebabnya apa, ya jangan tanya. Misalnya? Ada contoh gampangnya, yang menurutku pasti dikenal sama orang-orang yang suka baca fanfic. Contoh, karakter Percy Jackson, demigod (setengah manusia-setengah dewa) keturunan Dewa Poseidon, tiba-tiba jatuh sakit karena diracuni oleh Nemesis. Kenapa? .....ya pokoknya diracuni. Dari situ konflik pun berkembang, entah jadi tambah ngaco atau lancar. Atau misalnya, karakter Neville Longbottom ternyata jatuh cinta sama Pansy Parkinson..... padahal dari karakteristik masing-masing kayaknya ga cocok banget dan mereka ga pernah ngobrol di seri novel Harry Potter. Jadi kenapa Neville bisa jatuh cinta sama Pansy? .....ya pokoknya cinta, kan maunya penulis fanfic nya kayak gitu. Kira-kira begitulah yang bisa menggambarkan konflik di seri novel TMI.

Keempat, karakter Clary dan Jace. Mungkin ini sebenernya bisa digabung dengan alasan kedua yang kusebut, tapi menurutku ini musti dipisah. Dari banyak review di situs goodreads, yang nggak bisa kusebut satu-persatu, Jace basically adalah cowok as*hole. Ada yang bilang Jace kayak gitu gara-gara daddy issues, ada juga yang bilang gara-gara..... ya basically dia cuma as*hole. Sementara Clary, she's basically a b*tch. Bakal jadi temen baiknya Isabella "Bella" Marie Swan (Twilight Saga), Ginevra "Ginny" Weasley (seri novel Harry Potter), Piper McLean (Percy Jackson: Heroes of Olympus), dan Beatrice "Tris" Prior (Divergent, Insurgent, Allegiant) deh. Contohnya, berikut ini adalah kutipan dari sudut pandang Clary Fray yang aku dapat dari post ini:

Clary wondered if there were any ugly vampires, or maybe any fat ones. Maybe they didn’t make vampires out of ugly people. Or maybe ugly people just didn’t want to live forever.


Wow, cewek yang bener-bener manis dan baik ya? :3 Belum lagi (dari review ini) hubungan antara Clary dan Isabelle yang basically selalu bertentangan cuma gara-gara masalah konyol: saling ga suka karena masalah tampang fisik yang cantik. Selain itu, Clary juga memperlakukan Simon, yang kata Clary adalah BFF nya, tapi dia sebenernya sih bodo amat/ga peduli sama Simon. Kalo begitu, kenapa Simon dan Jace bisa naksir sama Clary? .....ya pokoknya suka aja. Clary tuh spesial, cantik, dan..... ya spesial aja. *muntah*

This girl..... this freaking girl..... Arrrgh >_>

Kelima, POV (Point of View) atau sudut pandang di novel-novel Cassie ini ga jelas. Ya ampun..... itu mah FANFIC banget. Yang suka baca fanfic pasti sering ketemu cerita yang POV nya ga jelas. Ga jelasnya kayak gimana? Misal, saat kita baca suatu fanfic Harry Potter, cerita dibuka dengan sudut pandang orang ketiga dari Hermione. Di tengah-tengah cerita, sudut pandang/POV tiba-tiba berubah, ganti jadi sudut pandang orang pertama dari Harry. Selesai. Di chapter kedua, cerita dibuka dengan sudut pandang orang ketiga dari Neville. Tiba-tiba, ga ada tanda apa-apa, sudut pandang berganti ke sudut pandang pertama dari Luna, dan sebagainya.

Gimana, pusing kan? Ga percaya? Ada kok kadang-kadang fanfic yang kayak gitu, tapi ga semua fanfic begitu. Ada juga penulis/fanfic author yang konsisten dan fokus sama satu atau dua (berganti tiap chapter/satu POV per chapter) sudut pandang, jadi ga bikin bingung.

Memang sih, sudut pandang yang Cassie pakai kayaknya memang orang ketiga aja, tapi masalahnya adalah Cassie nggak konsisten. Misalnya, cerita dibuka dengan sudut pandang Clary, beberapa halaman kemudian malah dari Jace atau ngomongin apa yang lagi Magnus lakukan, trus berubah lagi jadi apa yang lagi Simon mau lakukan. >_> Pengen tau kayak gimana? Dari review buku City of Ashes di goodreads ini, kira-kira beginilah masalah sudut pandang itu:


Keenam, cara gaya karakter-karakter berbicara. Semua gaya bicara karakter-karakter di novel seri The Mortal Instruments ini sama, susah untuk dibedakan, seperti yang terjadi di novel The Fault in Our Stars oleh John Green, yang ceritanya (kayaknya John Green di TFiOS mau menulis cerita sedih-dan-memorable, tapi yang ada malah gagal total) manipulatif ala novel-novel karangan Nicholas Sparks. Ngomong-ngomong, John membela plagiarisme nya Cassie. >_>

Biasanya, saat membaca novel, kita gampang membedakan ini-karakter-mana-yang-lagi-ngomong di dialog yang-nggak-ditulis-karakter-mana-yang-lagi-ngomong-apa. Kita bisa bilang,"Oh, yang ini dialognya pakai gaya sarkasme, pasti yang ngomong tuh Percy. Bukan Juniper!" Kita bisa membedakan di dialog-dialog yang ada, yang lagi ngomong tuh si A, si B, dan si C, meski tanpa menyebutkan/mencantumkan nama si karakter. Misal, si A ngomongnya sarkastis, si B sering terbata-bata, si C selalu punya semacam catchphrase setiap dia berbicara. Sayangnya, Cassie mendeskripsikan karakter-karakter nya dengan hal yang sama. Misalnya, sarkastis, ya sarkastis semua karakter-karakternya. Sinis, ya sinis semua. Humoris, ya humoris semua. Mungkin jadinya kalo diminta untuk mendeskripsikan karakter-karakter yang ada, kita jadi kesulitan. Contoh nya mungkin kira-kira kayak gini:

D: "Kenapa kamu suka sama karakter Andy?"
E: "Karena dia kocak, bisa mencairkan suasana!"
D: "Kalo karakter Ryan gimana? Kayak gimana dia di novel ini?"
E: "*ketawa* Duh, apalagi Ryan. Banyak banget dialog-dialog nya Ryan yang lucu!"
D: "Um... kalo si Julie gimana? Kamu suka dia jug—"
E: "Ya ampuuun... apalagi Julie! Aku inget banget lelucon-lelucon ala Julie yang bener-bener kocak!"
D: ".....oh. Eh...um... berarti ini sebenernya novel tentang grup pelawak ya?"
E: "HAH?! Bukan, dong! Ini novel tentang fantasi sci-fi gitu."
D: "Fantasi dan sci-fi? Kutebak ya, karakter orang dewasa sampai villain semuanya kocak?"
E: "Lho... kok tau? Udah pernah baca ya? Eh, eh, menurut kamu gimana ending nya??"
D: "Um... I don't know. Aku belum pernah baca. Kocak?"
E: "Lho, kok tau?? Katanya belum pernah baca!"
D: "..."
E: "...well??"
D: *facepalms*

Mungkin ga bakal persis kayak gitu, tapi kuharap bisa dipahami ._. Lagi-lagi, hal yang biasa ditemui di fanfic. Aku berusaha memberi contoh kasus gaya-bicara-karakter-yang-sama (maaf ya kalo salah dan tulisanku nggak bagus >,<):

Saat A memasuki ruangan, ia melihat B sedang berdiri di samping jendela. Jika dilihat dari ekspresi B, ia sedang kesal. Wajar saja, A telat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan untuk pertemuan mereka. B memain-mainkan rambutnya,"Apa lagi alasannya kali ini?"
"Maaf... aku tadi, eh, harus membantu adikku ngerjain PR bahasa Ingg—"
"Ooh iya, adik kamu yang selalu rangking pertama itu memang selalu harus dibantu ngerjain PR ya."
"Emang bener ko—"
 "Iya deh iya, kamu kan bercita-cita jadi guru bahasa Inggris. Jadi adik kamu yang udah jenius pun masih harus kamu ajar."
"Oh well, aku bukan orang yang bercita-cita jadi penyanyi padahal suaraku nggak bagus."

Kayaknya memang contoh ku memang contoh yang konyol, ga jelas, dan ga masuk akal. I hope you get the idea though ._.

Ketujuh, Cassie itu... kayak ababil. Like, siriusly. Pertama-tama, Jace dan Clary saling jatuh cinta, lalu ternyata mereka berdua kakak-adik. Basically, mereka kayak,OMG-I-LOVE-YOU-oh-tidak-ternyata-kita-kakak-adik-ewwwh. Lalu, ternyata (entah di novel keberapa) ternyata... Jace dan Clary bukan kakak-adik. Jadi, mereka kayak,WHAT-ternyata-kita-bukan-kakak-adik-omgomgomg-*kiss*-yay-omg-jace-omg-clary-akuh-cintah-kamoeh-lol. Mungkin ini upaya Cassie supaya nggak dituduh mengikuti plot Luke-Leia (Star Wars) atau ketahuan kasus plagiarisme nya tapi gagal. Bisa dibayangkan kayak apa, sebagai pembaca novel Cassie, pertama-tama kita dibuat suka sama Jace-Clary sebagai pasangan dan pengen mereka menikah-lalu-hidup-bahagia-selamanya, lalu dibuat merasa jijik karena mereka kakak-adik, dan ternyata... BAM. Mereka bukan kakak-adik, jadi bisa hidup bahagia selamanya, yay! :D *banting meja* If you love that kind of stuff atau suka sama percintaan tentang hubungan inses,  though, ya mau dibilang apa lagi. Kalau aku sih nggak akan suka, baik dari segi cerita maupun karena serasa dipermainkan oleh si penulis. -_-

Kedelapan, reputasi Cassie yang buruk, dari caranya berusaha menghilangkan sejarah plagiarisme nya. Cassie menggunakan segala cara supaya situs-situs, termasuk yang pemilik/orang yang membuatnya, yang membongkar kelakuan Cassie "dibereskan". Seperti apa? Mengganti nama belakang diri Cassie sendiri dan..... pengacara. Yep, pengacara. Cassie mengancam siapapun yang membongkar kasus plagiarisme nya ini dengan menggunakan kesempatan bahwa Cassie punya teman yang seorang pengacara. Kalo sekarang sih kayaknya Cassie nggak peduli lagi kalaupun ada yang mau membongkar, karena dia tinggal bilang ke fans nya kayak gini sambil 'sesenggukan',"Ka—kalian nggak perca—percaya kan sama omong kosong itu? Kalian nggak percaya sa—sama kebohongan-kebohongan yang me—mereka bilang i—itu kan?" dengan segala tipu daya dan kalau perlu dengan tampang kayak:



dan Cassie bakalan bilang:



Ha.

NO SIRIUSLY THOUGH. Cassie memang benar-benar melakukannya. Coba aja klik dan cek post ini. Kalo kalian meng-klik dan membaca apa isi post itu, intinya Cassie bilang,"Kamu bener-bener percaya sama kebohongan yang orang-orang bilang? Kalo iya, jangan bilang-bilang/disebar dong, apalagi ke aku! Tau ga sih gara-gara kamu, aku jadi nangis! MAMAAAAA—

Um...sebenernya Cassie ga teriak "mamaaaaa" (DUH), but whatever. :P

Itu terjadi cuma gara-gara ada fans Cassie yang ngetweet post yang membongkar kasus plagiarisme Cassie. You know, mungkin tweet fans nya ini ditemukan Cassie pas dia lagi iseng-iseng pengen browsing lagi post-post tentang sejarah plagiarisme nya Cassie. Jadi, Cassie memposisikan dirinya sebagai korban, dan bilang bahwa fans nya itu nge-bully dia. WHAT THE >_>

Ditambah lagi, usaha Cassie yang ingin menghapus jejak plagiarisme/copycat/plagiat nya yang akhirnya juga membuat Cassie sebagai seorang cyberbuly, yang juga berhubungan dengan teman pengacara nya Cassie. Jumlah korbannya? Banyak. Contoh gampangnya adalah kalo ada yang berani membongkar kelakuan Cassie di tumblr, Cassie bakal me-report akun orang itu dengan alasan entah pencemaran nama baik, hak cipta (karena kadang-kadang ada akun yang menampilkan kutipan dari novel seri The Mortal Instruments untuk dibahas), dan alasan-alasan konyol lainnya. Kesaksian-kesaksian korban cyberbully nya Cassie bisa dicari di Google, salah satunya adalah kisah dari orang ini.

Basically, yang dilakukan Cassie yang membuatnya menjadi cyberbully adalah: melacak orang yang berusaha/sudah membongkar perbuatan Cassie (sampai alamat, no. telepon, IP address, dll dilacak oleh Cassie), (kalo nggak salah) meneror orang yang membongkar itu, bahkan sampai melapor ke polisi. Ga tanggung-tanggung banget deh usahanya Cassie. Di beberapa kesaksian korban Cassie yang kuingat, polisi nya ada yang percaya sampai datang ke rumah korban Cassie, tapi ga jadi ditangkap/tahan karena laporan Cassie dianggap entah bohong atau konyol dan buang-buang waktu (ha! :P). Masih banyak lagi, tapi kurasa yang kujelaskan barusan bisa menjelaskan betapa menyeramkan dan jahatnya Cassie demi menghapus riwayat plagiarisme nya. Ha. Sesuai dengan kutipan dari post yang kutemukan bilang (tapi aku lupa ;__;):


The internet remembers, Cassie. You can't run.


Aku tadinya sempat tertarik untuk membaca novel seri tulisan Cassie ini karena aku waktu itu belum tau tentang kasus plagiat/plagiarisme nya. Untungnya, aku jadi tau karena aku mengecek review novel pertama dari seri The Mortal Instruments ini, City of Bones, di goodreads. Sesuatu yang aku lakukan baru-baru ini supaya nggak ketipu sama cover novel yang keren, omongan orang-orang, atau hype tentang suatu novel. Jadi ga bakalan buang-buang uang deh~ :P Seringnya sih review di goodreads bisa dipercaya (terkecuali untuk buku Mark of Athena dan The Lost Hero nya Rick Riordan, JANGAN tertipu sama Top Reviews nya yang bagus—jadi OOT deh ._.). Dari review buku City of Bones di goodreads itulah aku tau soal kasus dan penasaran untuk menelusuri sejarah plagiarisme nya Cassie.

Sebenernya yang bikin aku muak sama seri novel ini bahkan sebelum coba membacanya adalah karena dulu aku masih Potterhead yang hardcore. Tunggu dulu..... jadi sekarang aku bukan Potterhead yang hardcore lagi? Kalo tertarik (kayaknya sih kalian ga tertarik ._.), silahkan cek  dan baca post ini dan ini. :) Aku tentu menolak mentah-mentah untuk membaca seri novel ini setelah tau bahwa penulisnya punya kasus plagiat/plagiarisme yang berhubungan dengan seri novel yang buku-buku dan pengarang nya sempat jadi pujaanku. Namun, setelah menelusuri review-review di goodreads lebih jauh lagi, ternyata seri novel ini juga memiliki masalah yang kubenci: Mary Sue/Gary Stu, pelanggaran show-don't-tell, karakter villain yang payah (bahkan banyak yang bilang karakter villain yang namanya Valentine ini ga pantas menyandang gelar villain xD), cerita yang diperpanjang cuma demi uang/ketenaran yang akhirnya jadi makin ngaco, dll. Karena itulah aku jadi ga punya niat sedikitpun untuk membaca seri novel ini, terjemahannya banyak yang bilang sering ngaco pula. Lebih parahnya lagi, banyak yang bilang seri kedua yang bisa dibilang prekuel The Mortal Instruments yang namanya The Infernal Devices (baru ada tiga buku: Clockwork Angel, Clockwork Prince, dan Clockwork Princess yang *surprise, surprise* masih dapet review-review jelek :P) ternyata plot nya basically sama dengan plot novel-novel The Mortal Instruments. Paling cuma ganti nama karakter-karakter, tambah dan kurangin ini-itu. >_>

Sangat disayangkan, karena kelihatannya Cassie itu Harmony shipper (dilihat dari fanfic Draco Trilogy nya), yang berarti dia bakalan jadi penulis favorit baruku karena nilai plus itu. Juga disayangkan karena Cassie sebenernya punya ide yang menarik (sama seperti kasus yang dialami novel The Host nya Stephenie Meyer, novel yang cerita romance nya masih sappy, konyol, abusive, membosankan... basically kayak Twilight *banting meja*), tapi dirusak oleh kasus plagiarisme/plagiat.

Dibuat film pula, dengan para aktor dan aktris yang aktingnya nggak cocok dengan karakternya, nggak bisa memvisualisasikan karakter yang diperankan, nggak bisa menunjukkan emosi yang seharusnya, atau basically aktingnya nggak banget alias jelek (hint: menang tampang doang...kayak Twilight >_>). Untungnya, film The Mortal Instruments: City of Bones, mendapat review-review jelek.....juga mendapat nilai lebih rendah dari film-film Twilight Saga di situs Rotten Tomatoes. Well, seenggaknya, everyting went better as expected :P Fakta bahwa sekuel film untuk seri novel ini, City of Ashes, yang *surprise, surprise* masih sama jeleknya (memang semua novel tulisan Cassie review-review nya jelek kok :P), sudah mulai casting dan syuting sebentar lagi, membuatku yakin kalo ini memang The Next Twilight. Bakal memenuhi nominasi-nominasi award (parahnya, mungkin bakal menang semua.....kayak Twilight >_>), dapet review-review jelek/rendah dari para kritikus, dipuja oleh fans setia Clare/cuma suka film nya entah karena plot atau tampang para aktor/aktris nya, dan lain-lain. Ngomong-ngomong, aku jadi kasian sama Sigourney Weaver yang udah dipilih untuk main di film The Mortal Instruments: City of Ashes sebagai The Inquisitor..... yang, ngomong-ngomong, dari namanya aja mengingatkanku pada Umbridge di Harry Potter and the Order of the Phoenix. Tau deh fungsi dan tugas nya sama atau nggak. >_> Mrs Weaver ga tau apa yang dia lakukan atau bakal hadapi.*sigh

Benar-benar sangat disayangkan.

Thank you for your attention~ :3

4 comments:

Selena said...

Hai salam kenal sebelumnya :)
Aku Potterhead, Twilighters, dan penggemar trilogy Hunger Games.
Membaca review kamu mengenai novel series The Mortal Instruments ini membuat aku terkejut akan kata2 kamu hehe. Menurut aku yang udah baca novel ini ingin berpendapat bahwa sesungguhnya novel ini sangat bagus dengan kelebihannya sendiri meskipun memiliki beberapa kekurangan-kekurangan seperti yang kamu sebutkan di atas. Aku sudah membaca semua seriesnya baik dari TMI maupun yang TID. Keduanya memiliki inti cerita yang berbeda loh apalagi series TID inti ceritanya sangat berbeda dari TMI. Kisah TID sungguh sangat indah juga loh gak kalah dari TMI series.
Kamu belum membaca novelnya kan? Hanya dengar komentar2 yang kebanyakan negatifnya saja^^. Jujur aku terkejut waktu baca review kamu yang tentang palgiat. Waktu baca novel ini dulu aku selalu merasa seperti membaca cerita campuran dari harry potter dan percy jackson yang dikemas secara unik, tapi lama kelamaan ceritanya makin berbeda dan series ini jadi memiliki daya tarik sendiri yang membuat para pembaca jatuh cinta dengan karakter2nya. Justru kelebihan dari series ini menurut aku terletak pada POVnya karena pembaca jadi dapat memahami perasaan si tokoh. Novel ini juga memiliki humor yang baik dan mudah dimengerti.
Buku ketiga ini sebenarnya sudah merupakan ending yang indah untuk diakhiri. Dan di buku keempat meskipun ada beberapa kurang puas karena ada lagi konflik tapi sebenarnya buku keempat ini membuat pembaca lebih memahami karakter Simon dan Isabelle yang menjadi karakter favoritku sekaligus shipper favorite<3 dan juga membuat pembaca makin terlarut dalam kisah ini. Dan buku kelima malah lebih bagus lagi dan dari review untuk buku ke enam yang di goodreads, banyak loh komentar positifnya dan berpendapat buku ini diakhiri dengan ending yang indah (semoga saja*belumbaca)
Dan terakhir untuk filmnya, menurut aku pribadi yang sudah membaca novelnya sesungguhnya film ini merupakan adaptasi novel-film yang cukup memuaskan walaupun ada kekurangannya sedikit terutama pada pameran Jace (pengennya sih Alex Pettyfer soalnya pas bangett) dan selebihnya pamerannya semua sudah pas.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini bagus banget dan enak untuk dibaca loh juga buat kita terlarut dengan kisahnya dan selalu banyak twist2 di akhir POV yg membuat pembaca sulit untuk berhenti.
Jika kamu mungkin iseng2 memutuskan untuk baca mungkin kamu akan mengerti maksud saya :D

Miss Hermione Potter said...

@Selena rasanya aku nggak bakalan bisa membaca seri nya Cassie ini, mengingat citra/kelakuan Cassie dan fakta bahwa dia mengcopy banyak karya orang lain, termasuk Harry Potter (Jace = Draco, Clary = Ginny/Hermione, Valentine = Voldemort, Simon = Ron/Harry, Luke = Lupin, Inquisitor dan setting2 kayak The Knight Bus/Hogsmeade/The Leaky Cauldron = kalo nggak salah The Institute, Mundane = Muggle, Mortal Instruments = Deathly Hallows, Clary/Jace = Luke/Leia (kecuali Clare kelihatannya plin plan for the sake of plot twist), Jocelyn = Padme, the portals = bubuk Floo /Apparate). Basically, Cassie cuma ubah sedikit sana-sini fanfiction2 yang dia tulis dulu, then BAM. Published. Plagiarisme is not okay, termasuk cara Cassie menghadapi orang2 yang membongkar yang ia lakukan. Bahkan saat Cassie masih penulis fanfic pun mendapat masalah, karena dia menggunakan karya orang lain, tapi nggak mencantumkan sumber aslinya/disclaimer, yang kalo nggak salah membuat Cassie didepak dari komunitas fanfiction.

Kita sebagai fans juga harus kritis. Kalo karakter2 di TMI dan TID badly written/bad role models, kita harus mengakui DAN masih bisa menyukai mereka (asal bukan kayak karakter2 di Twilight, yang udah kelewatan). Contohnya, aku suka Rick Riordan dan tulisannya, tapi aku mengakui kalo kualitas tulisannya menurun di HoO. Misal, Jason dan Piper yang Gary Stu/Mary Sue, karakter2 baru yang badly written/sebenernya nggak perlu/nggak likable, plot yang boring, dll. Satu2nya buku yang kusuka di HoO sejauh ini cuma Son of Neptune, selebihnya membosankan dan cuma bukti penurunan kualitas tulian Rick. Menurutku tulisan Rick baru terasa "hidup" dan likeable kalo dia menggunakan first POV + Percy. Dia nggak cocok dengan Third POV + multiple characters. Kalo aku belom baca seri pertama, aku pasti nggak bakal beli buku SoN, MoA, dan HoH karena The Lost Hero itu bener2 membosankan menurutku. Jason+Piper+Leo nggak punya chemistry/nggak likeable kayak Percy/Annabeth/Grover. Di antara semua karakter baru, yang mendingan cuma Leo, Hazel, dan Frank. Jason/Piper = speshul snowflakes + twu lurv. Villain yang gampang diakali mulai terasa membosankan. Atau Kane Chronicles? Buku pertamanya juga membosankan, dan sampai sekarang aku belom selesai membaca yang kedua karena ngebosenin juga. Aku khawatir kalo Rick cuma cocok dengan Percy, tapi kacau begitu beralih ke karakter lain/baru. Makanya sekarang aku cemas dengan kualitas novel Rick selanjutnya yang katanya memakai Norse mythology. Dan Rowling, dimana banyak yang bilang kalo Harry Potter harusnya selesai di PoA atau GoF, tapi diulur2 dengan banyak filler dan karakter2 & plot yang maksa. But hey, kamu bilang kalo kamu mengakui kalo ada kekurangan2 di TMI & TID kan? That's awesome! :D (cont)

Miss Hermione Potter said...

(cont) Kurasa sekalipun Cassie nggak terlibat kasus plagiarisme, aku nggak bakalan baca buku2nya mengingat karakter2 utamanya Mary Sue dan Gary Stu. Belum lagi bagaimana karakter Clary ditulis oleh Cassie, bagaimana dia bisa dibilang bad role model (contoh: Clary dan vampire, bagaimana Cassie menulis dia sebagai speshul snowflake aka Mary Sue; Simon dan Jace yang naksir Clary… just because; girl-on-girl hating antara Clary dan Isabelle; Jace yang douchebag, dan masih banyak lagi). Dan Cassie juga melanggar peraturan show, don't tell. Contoh, info dump dan karakteristik para karakter yang didapat melalui percakapan karakter, bukannya dengan menunjukkannya. Selain itu penggunaan majas metafora dan simile yang salah cara penggunaannya/terlalu sering digunakan sampai2 jadinya mengganggu. Dan juga inkosistensi2 yang ada, contoh sederhana nya: warna rambut Clary/nama Ayah Clary.Kalo kamu suka sama tulisannya Cassie (secara plot/karakter), that's fine, I guess. Aku sendiri juga suka beberapa novel yang ada Mary Sue/Gary Stu atau plot nya klise aka guilty pleasure. Tapi kalo mengenai plagiarisme nya Cassie, it is not okay. Bayangkan kalo posisi kamu di penulis2 yang ceritanya diplagiat oleh Cassie, atau di posisi orang2 yang kena masalah gara2 Cassie nggak mau ketahuan kasus plagiarisme nya. I quote, kalo TMI dan TID itu skripsi nya Cassie, gelar sarjana nya bakalan dicopot/hilangkan, atau mungkin nggak boleh sidang sama sekali.

Banyak yang bilang TMI dan TID basically kerangka plot nya sama, hampir kayak Rick Riordan yang kerangka plot di setiap buku di seri pertama PJO sama. Bahkan ada yang bilang kalo TID itu basically versi rewritten nya TMI. Ada juga yang bilang baca Clockwork Angel dan suka, tapi kecewa begitu coba baca TMI karena ternyata kerangka plot nya sama. Bedanya, Rick udah merencanakan segalanya DAN dia nggak memplagiat. Percy dan Annabeth nyaris masuk kategori Mary Sue/Gary Stu, tapi Rick akhirnya memberikan mereka flaw.

Aku tadinya sempet kepengen nekad baca satu aja, yaitu novel pertama seri TMI. Tapi batal, karena mengingat pengalamanku dengan Divergent dan The Fault in Our Stars. Keduanya mendapat mixed reviews di goodreads, and I was like,"Ah, siapa tau sebenernya memang bagus. Siapa tau review2 yang jelek itu salah!" Dan ternyata review2 yang jelek itu memang benar. Dan akhirnya aku jadi buang2 uang dan waktu. D:

Miss Hermione Potter said...

(cont) Review2 negatif memang nggak selalu bisa dipercaya, terutama yang nggak ngasih alasan yang jelas, tapi ini beda. Biasanya, kita harus ngeklik filter lalu pilih yang 1 atau 2 bintang untuk ngeliat yang ngasih review jelek. Tapi untuk City of Bones, buku pertama yang tugasnya membuatku terikat/tertarik dengan seri TMI, menampilkan 3 review dengan 1 bintang di Top Review dan 16 review dibawah 3 bintang secara keseluruhan di Top Review. Itu udah cukup untuk membuatku ragu. Dan lagi review2 itu menjelaskan secara rinci kenapa TMI dan TID seri yang nggak bagus (mengesampingkan fakta kasus plagiarisme Cassie). But like I said, kalo kamu bisa menemukan sesuatu yang kamu suka di seri TMI dan TID, that's all right.

Mengenai POV, kalo yang review2 itu bilang bener, berarti aku bakalan bingung pas bacanya. Kalo dalam fanfiction, tentunya nggak masalah karena cuma cerita fan made yang nggak bakalan dipublish secara resmi. Meski begitu, aku sering ogah baca fanfic2 yang bikin bingung penulisan POV nya. Tapi kalo kamu merasa nyaman dengan POV gaya Cassie, it's all right.

Makasih ya buat komentarnya, it's nice to talk with someone yang bisa diajak bicara dengan santai :D

Post a Comment